Artikel

Paroki Maria Bunda Segala Bangsa Kota Wisata

Berbahagialah

Minggu, 29 Januari 2023
Minggu Biasa IV
Bacaan: Zefanya 3:12-13; 1 Korintus 1:26-31; Matius 5:1-12a


profile
Posted on: January 28, 2023
By: Sekretariat MBSB

Setiap orang pasti mendambakan untuk bisa hidup bahagia. Rasanya tidak ada orang yang ingin menyakiti dirinya sendiri supaya tidak bahagia. Namun seringkali manusia tidak mengetahui hal apa yang sebenarnya membuat bahagia. Karena ketidaktahuan tersebut, manusia sering salah dalam mengartikan kebahagiaan. Manusia menitikberatkan kebahagiaan kepada asmara, uang, pekerjaan, jabatan, kekuasaan dan kemewahan.

Dalam bacaan Injil hari minggu ini, Yesus mengajarkan kepada kita tentang kebahagiaan dalam bentuk sabda bahagia. Kebahagiaan yang diajarkan oleh Yesus sangat berbeda dengan kebahagiaan yang dunia ajarkan. Ajaran Yesus sejalan dengan ajaran Nabi Yeremia yang mengajarkan bahwa orang yang berbahagia adalah orang yang selalu mengandalkan Tuhan (bdk. Yeremia 17:7-8). Dalam sabda bahagia, Yesus menekankan bahwa orang yang miskin, lapar, menangis, yang dihina dan dianiaya sebagai orang yang diberkati. Mereka inilah orang-orang yang mengandalkan kasih Allah. Mereka inilah yang akan memperoleh hidup bersama Allah dan menikmati damai dan sukacita sejati.

Tiga sabda yang pertama menegaskan bahwa orang disebut bahagia karena tumpuan harapan mereka adalah pada Tuhan sendiri (bdk. Mat 5:3-5). Gagasan miskin adalah kebersahajaan batin sehingga diberikan penjelasan “di hadapan Allah” (bdk. Mat 5:3). Berikutnya yang disebut berbahagia adalah orang yang berduka cita (bdk. Mat 5:4). Maksudnya disini adalah orang yang hanya akan dapat terhibur oleh kesadaran bahwa Tuhan tetap berada di dekat kendati orang mengalami kesulitan, termasuk sikap tidak berpihak pada kekerasan yang diajarkan oleh Yesus sebagai orang yang lemah lembut (bdk. Mat 5:5)

Selanjutnya Yesus mengajarkan tentang keinginan untuk menjalankan kehendak Tuhan sebagai hal yang membahagiakan yang digambarkan sebagai orang yang “lapar dan haus akan hal yang lurus” (bdk. Mat 5:6) dan yang “berhati bersih” (bdk. Mat 5:8). Ungkapan berhati bersih artinya adalah mampu berpikir secara jernih, berbudi bening. Orang yang demikian ini tidak gampang dipengaruhi keinginan-keinginan yang menjauhkannya dari Tuhan.

Dua sabda berikutnya mengajarkan tentang upaya untuk menghadirkan Tuhan kepada sesama sebagai suatu kebahagiaan. Upaya ini digambarkan sebagai berbelaskasihan (bdk. Mat 5:7) dan pencinta damai (bdk.Mat 5:9). Upaya untuk menghadirkan Tuhan kepada sesama karena orang sadar akan perlunya saling mendukung dan membawa perdamaian.

Tidak dipungkiri bahwa orang yang nyata-nyata hidup dalam kerangka kehidupan di atas akan mengalami kesulitan. Orang-orang seperti ini akan “dikejar-kejar karena bertindak lurus” (bdk. Mat 5:10), maka Yesus menambahkan Sabda Bahagia yang kesembilan, yakni yang menyangkut pengalaman dimusuhi orang karena menjadi murid-Nya (bdk. Mat 5:11) dan pengharapan mereka dibesarkan karena besar pahala mereka di surga (bdk. Mat 5:12a)

Sabda bahagia yang diuraikan di atas menggambarkan apa yang nyata-nyata dialami dan terjadi di antara orang-orang yang hidup mengikuti Yesus dan bukan dimaksud untuk menunjuk pada hal-hal yang belum terjadi. Sabda bahagia ini bukanlah serangkaian resep hidup bahagia. Sabda bahagia ini mengajak kita semua untuk memikirkan lebih lanjut dan mengambil sikap baru agar kita hidup seperti yang digambarkan di situ.

Sabda bahagia ini sebaiknya juga dibaca dengan menengok ke depan tentang penghakiman terakhir (bdk. Matius 25:31-46) yang menegaskan bahwa berbuat baik kepada sesama berarti berbuat baik kepada Tuhan. Yesus mengajarkan bahwa apa yang dikerjakan bagi sesama nanti akan dijadikan batu uji masuk surga. Kebijaksanaan dan akal sehat menjadi penuntun yang baik ke arah pertanggungjawaban terakhir nanti. Sabda bahagia menggambarkan keadaan batin dan sikap hidup mereka yang nanti pada akhir zaman akan dapat mengatakan bahwa telah berbuat banyak bagi sesama dan Tuhan akan mengatakan bahwa itu semua dikerjakan juga bagi-Nya. Mereka inilah yang betul-betul akan disebut “Berbahagia”!

Arah seperti ini juga didapati dalam bacaan pertama yang memuat seruan agar umat tetap terus berupaya mencari Tuhannya keadilan dan kerendahan hati (bdk.Zefanya 2:3). Selanjutnya juga ditegaskan dalam bacaan pertama ini, bagaimana integritas, kejujuran, sikap apa adanya dalam hidup umat memberi arti pada menyatakan diri berlindung kepada Tuhan (bdk Zefanya 3:12-13). Umat yang demikian tidak bakal membuat pihak-pihak lain merasa tertekan. Dengan kata lain kesungguhan hidup beragama menjadi lebih nyata di dalam perbuatan yang membangun kesejahteraan hidup di masyarakat dan bukan lewat kata-kata pernyataan pokok kepercayaan belaka. Inilah yang diserukan oleh Nabi Zefanya dan didalami lebih lanjut dengan Sabda Bahagia dalam injil.

Semoga setelah kita mendengar bacaan-bacaan hari ini, kita menjadi orang yang selalu bertekun mencari Tuhan dan selalu menyandarkan kehidupan kita kepada Tuhan karena disitulah letak kebahagiaan sejati. Semoga Tuhan memberkati kita dan selamat berhari Minggu.

Kristophorus Wahyu Nugroho Utomo - Sie KS

Perumahan Kota Wisata, Jl. Transyogi Km. 6
Nagrak, Gunung Putri, Bogor 16967

sekretariatmbsb@gmail.com

(021) 8493 2402

Contact Form

Nama:
Email:
Pesan: